Investasi yang berani disebut juga dengan istilah
penanaman modal atau pembentukan modal. Dengan kata lain investasi dapat
diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi
untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Hal ini dapat dipaparkan sebagai, pengeluaran investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal rill. Barang modal rill berbentuk:
1. Alat-alat produksi, seperti pabrik, mesin-mesin, dan perlengkapan produksi lainnya,
2. Rumah untuk tempat tinggal.
3. Peruhahan barang cadangan.
Keseluruhan alat-alat produksi yang digunakan dalam proses produksi perusahaan-perusahaan dalam ekonomi disebut sebagai stok kapital tetap (fixed stock capital). Stok kapital tetap ditambah stok rumah untuk tempat tinggal dan stok barang cadangan disebut stok kapital. Pengeluaran investasi adalah pengeluaran yang bertujuan menambah stok kapital atau ketersediaan modal.
Kurva itu menggambarkan permintaan investasi yang menunjukkan berbagai volume atau besarnya investasi yang akan dilakuken pada berbagai tingkat suku bunga. Kurva permintaan investasi berbentuk berlereng menurun dari kiri atas ke kanan bawah atau berlereng negatif. Dari pola hubungan antara investasi dan tingkat suku bunga dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dan hubungan antara dua variabel itu merupakan hubungan negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa bila hal-hal lain tetap (ceteris paribus), pada tingkat suku bunga yang lebih rendah volume investasi akan lebih besar, sedangkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi volume investasi lebih tinggi pula. Ingat bahwa tingkat suku bunga merupakan biaya investasi.
Pustaka: Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi Oleh Eeng Ahman dan Epi Indriani
Hal ini dapat dipaparkan sebagai, pengeluaran investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal rill. Barang modal rill berbentuk:
1. Alat-alat produksi, seperti pabrik, mesin-mesin, dan perlengkapan produksi lainnya,
2. Rumah untuk tempat tinggal.
3. Peruhahan barang cadangan.
Keseluruhan alat-alat produksi yang digunakan dalam proses produksi perusahaan-perusahaan dalam ekonomi disebut sebagai stok kapital tetap (fixed stock capital). Stok kapital tetap ditambah stok rumah untuk tempat tinggal dan stok barang cadangan disebut stok kapital. Pengeluaran investasi adalah pengeluaran yang bertujuan menambah stok kapital atau ketersediaan modal.
Kurva itu menggambarkan permintaan investasi yang menunjukkan berbagai volume atau besarnya investasi yang akan dilakuken pada berbagai tingkat suku bunga. Kurva permintaan investasi berbentuk berlereng menurun dari kiri atas ke kanan bawah atau berlereng negatif. Dari pola hubungan antara investasi dan tingkat suku bunga dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dan hubungan antara dua variabel itu merupakan hubungan negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa bila hal-hal lain tetap (ceteris paribus), pada tingkat suku bunga yang lebih rendah volume investasi akan lebih besar, sedangkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi volume investasi lebih tinggi pula. Ingat bahwa tingkat suku bunga merupakan biaya investasi.
Pustaka: Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi Oleh Eeng Ahman dan Epi Indriani
Pengertian Permintaan
PERMINTAAN = jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada
berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan
anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Mau dan Mampu
Mungkin anda ingin sekali, mempunyai kendaraan baru atau membutuhkan sebuah jaket yang bagus. Tetapi menginginkan, bahkan membutuhkan sesuatu belumlah berarti anda juga membelinya. Karena membeli sesuau tidak hanya targantung dari kebutuha/keinginan, tetapi juga dari harga barang yang bersangkutan.
Berapa uang yang harus dibayar, dan berapa uang yang tersedia untuk itu. Betapapun orang menginginkan atau membutuhkan sesuatu, kalau ia tidak mempunyai uang untuk membayar harganya, atau tidak bersedia mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membelinya, maka keinginan itu tetap keinginan saja, dan kita belum bicara tentang pemintan. Baru kalau keinginan/kebutuhan itu disertai kemauan dan kemampuan untuk membeli, dan didukung oleh uang secukupnya untuk membayar harganya, kita bicara tentang permintaan. Untuk menegaskan hal ini, sering ditambahkan istilah “efektif”, artinya: disertai kemampuan untuk membayar harganya. Diringkas:
BUTUH/INGIN + MAU + MAMPU = PERMINTAAN (efektif).
Jumlah yang mau dibeli
Jumlah yang diminta (Quantify demanded, disingkat Qd) menunjuk pada kuantitas yang diinginkan, yang belum tentu sama dengan jumlah yang nyata-nyata dibeli (Quantity bought). Jumlah yang diminta selalu harus dinyatakan dalam banyaknya satuan per jangka waktu tertentu (per tahun, per bulan, per hari). Misalnya, bila dikatakan jumlah komputer yang mau dibeli oleh masyarakat Jakarta sebanyak 20.000 buah, itu tak ada artinya kalau tidak disebutkan periode waktunya. Dua puluh ribu unit per hari merupakan permintaan yang relatif besar. Tetapi 20.000 set per tahun akan merupakan permintaan yang relatif kecil.
Jumlah yang diminta (Qd) harus dibedakan dari permintaan (Demand/D). Pengertian permintaan menunjuk pada keseluruhan kombinasi berbagai jumlah yang mau dibeli pada berbagai tingkat harga.
Ceteris paribus
Banyaknya jumlah barang/jasa yang mau dibeli oleh masyarakat selama periode tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar pengaruh masing-masing faktor tersebut dapat diidentifikasi, kita pelajari faktor-faktor tersebut satu demi satu. Untuk maksud itu, semua hal lain yang mungkin ikut berpengaruh kita pegang konstan dulu sehingga dapat memusatkan perhatian hanya pada satu variabel saja. Bilan satu variabel itu berubah, kita lihat apa pengaruhnya terhadap jumlah yang diminta. Misalnya, bila mempelajari akibat kenaikan harga terhadap jumlah beras yang mau dibeli, besarya penghasilan masyarakat dianggap tetap tak berubah. Variabel-variabel lainnya kemudian sutu demi satu dapat dimasukkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
Sumber: Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro – Oleh Drs. T. Gilarso, SJ.
Mau dan Mampu
Mungkin anda ingin sekali, mempunyai kendaraan baru atau membutuhkan sebuah jaket yang bagus. Tetapi menginginkan, bahkan membutuhkan sesuatu belumlah berarti anda juga membelinya. Karena membeli sesuau tidak hanya targantung dari kebutuha/keinginan, tetapi juga dari harga barang yang bersangkutan.
Berapa uang yang harus dibayar, dan berapa uang yang tersedia untuk itu. Betapapun orang menginginkan atau membutuhkan sesuatu, kalau ia tidak mempunyai uang untuk membayar harganya, atau tidak bersedia mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membelinya, maka keinginan itu tetap keinginan saja, dan kita belum bicara tentang pemintan. Baru kalau keinginan/kebutuhan itu disertai kemauan dan kemampuan untuk membeli, dan didukung oleh uang secukupnya untuk membayar harganya, kita bicara tentang permintaan. Untuk menegaskan hal ini, sering ditambahkan istilah “efektif”, artinya: disertai kemampuan untuk membayar harganya. Diringkas:
BUTUH/INGIN + MAU + MAMPU = PERMINTAAN (efektif).
Jumlah yang mau dibeli
Jumlah yang diminta (Quantify demanded, disingkat Qd) menunjuk pada kuantitas yang diinginkan, yang belum tentu sama dengan jumlah yang nyata-nyata dibeli (Quantity bought). Jumlah yang diminta selalu harus dinyatakan dalam banyaknya satuan per jangka waktu tertentu (per tahun, per bulan, per hari). Misalnya, bila dikatakan jumlah komputer yang mau dibeli oleh masyarakat Jakarta sebanyak 20.000 buah, itu tak ada artinya kalau tidak disebutkan periode waktunya. Dua puluh ribu unit per hari merupakan permintaan yang relatif besar. Tetapi 20.000 set per tahun akan merupakan permintaan yang relatif kecil.
Jumlah yang diminta (Qd) harus dibedakan dari permintaan (Demand/D). Pengertian permintaan menunjuk pada keseluruhan kombinasi berbagai jumlah yang mau dibeli pada berbagai tingkat harga.
Ceteris paribus
Banyaknya jumlah barang/jasa yang mau dibeli oleh masyarakat selama periode tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar pengaruh masing-masing faktor tersebut dapat diidentifikasi, kita pelajari faktor-faktor tersebut satu demi satu. Untuk maksud itu, semua hal lain yang mungkin ikut berpengaruh kita pegang konstan dulu sehingga dapat memusatkan perhatian hanya pada satu variabel saja. Bilan satu variabel itu berubah, kita lihat apa pengaruhnya terhadap jumlah yang diminta. Misalnya, bila mempelajari akibat kenaikan harga terhadap jumlah beras yang mau dibeli, besarya penghasilan masyarakat dianggap tetap tak berubah. Variabel-variabel lainnya kemudian sutu demi satu dapat dimasukkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
Sumber: Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro – Oleh Drs. T. Gilarso, SJ.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah-yang
dilaksanakan oleh Bank Sentral (di Indonesia Bank Sentral adalah Bank
Indonesia)-untuk mempengaruhi (mengubah) penawaran uang dalam
perekonomian atau mengubah suku bunga, dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat.
Salah satu komponen dari pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh perusahaan-perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan demikian salah satu cara yang dapat dijalankan pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat ialah dengan mempengaruhi pengeluaran penanaman modal. Apabila pengangguran berlaku dalam perekonomian, pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran. Menurunkan suku bunga untuk menggalakkan pertambahan penanaman modal adalah salah satu cara untuk mecapai tujuan tersebut. tujuan ini dapat dicapai pemerintah dengan menjalankan kebijakan moneter.
Menurut pandangan Keynes suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang, Bank Sentral dapat mempengaruhi penawaran uang. Melalui alat-alat dalam kebijakan moneter, pemerintah dapat menambah penawaran uang, Ceteris Paribus, pertambahan ini akan menurunkan suku bunga. Dengan penurunan suku bunga tersebut dapat diharapkan penanaman modal akan bertambah dan ini akan meningkatkan pengeluaran agregat. Sebagai implikasi dari perubahan ini kegiatan ekonomi akan meningkat dan pengangguran menurun. Dalam masa inflasi langkah sebaliknya perlu dilakukan, yaitu penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Diharapkan langkah ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi.
SUMBER
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://expressknowledges.wordpress.com Salah satu komponen dari pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh perusahaan-perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan demikian salah satu cara yang dapat dijalankan pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat ialah dengan mempengaruhi pengeluaran penanaman modal. Apabila pengangguran berlaku dalam perekonomian, pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran. Menurunkan suku bunga untuk menggalakkan pertambahan penanaman modal adalah salah satu cara untuk mecapai tujuan tersebut. tujuan ini dapat dicapai pemerintah dengan menjalankan kebijakan moneter.
Menurut pandangan Keynes suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang, Bank Sentral dapat mempengaruhi penawaran uang. Melalui alat-alat dalam kebijakan moneter, pemerintah dapat menambah penawaran uang, Ceteris Paribus, pertambahan ini akan menurunkan suku bunga. Dengan penurunan suku bunga tersebut dapat diharapkan penanaman modal akan bertambah dan ini akan meningkatkan pengeluaran agregat. Sebagai implikasi dari perubahan ini kegiatan ekonomi akan meningkat dan pengangguran menurun. Dalam masa inflasi langkah sebaliknya perlu dilakukan, yaitu penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Diharapkan langkah ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi.
SUMBER
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Published in:
Tags: bank indonesia, bank sentral indonesia, ceteris paribus, ekonomi, kebijakan, kebijakan ekonmi indonesia, keynes, makroekonomi, moneter, tugas bank sentral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar